Senin, 13 Februari 2012

HAMPIR 50 RIBU KRAMA BALI BUTA HURUF

TABANAN,Setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tingkat pendidikan masyarakat adalah suatu penentu kemajuan suatu bangsa. Untuk upaya mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, pada masa Orde Baru (ORBA) banyak dibangun lewat Instruksi Presiden (Inpres). Karena itu lahirlah sekolah-sekolah SD Inpres yang jumlahnya mencapai ribuan, itu terjadi pada era 80-an.
Pada Era Reformasi ini, pemerintah juga berusaha meningkatkan mutu pendidikan lewat Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Anggaran pendidikan dari tahun ketahun pun di tingkatkan. Beberapa di antaranya lewat program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) maupun Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Namun perlu kita akui bersama bahwa usaha pemerintah dalam mencerdaskan warganya belum sepenuhnya berhasil. Nyatanya di Bali saja untuk usia produktif dari usia 15 tahun sampai 44 tahun, orang yang tidak bisa membaca dan menulis (buta huruf) mencapai 49.385 orang. Sedangkan usia non produktif di atas usia 45 tahun lebih banyak lagi yaitu mencapai 284.821 orang.
Fakta tersebut terungkap pada acara seremonial memperingati Hari Aksar Internasional (HAI) daerah Bali. Acara yang diadakan digedung kesenian Mario,Tabanan pada bulan Desember 2011 itu dihadiri oleh Gubernur Bali Made Pangku Pastika dan Bupati Tabanan Eka Wiryastuti. Pada acara itu gubernur mengajak kepada seluruh masyarakat Bali untuk bersama-sama mengikis kebodohan dan keterbelakangan dengan cara melek huruf.
Untuk Tabanan sendiri, yang kebetulan menjadi tuan rumah acara tersebut,juga memiliki angka buta huruf yang tinggi. Data angka buta aksara tingkat pertama mencapai 25persen dari jumlah total penduduk Tabanan. Acara tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (KADISDIKPORA),Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, Ida Bagus Anom.
KADISDIKPORA  mengatakan, pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali terus mengupayakan supaya angka buta aksara usia produktif harus diturunkan menjadi 5 persen atau sekitar 7,8 juta orang pada tahun 2015, dari sebesar 10,21 persen atau 15,4 juta orang pada 2014.
Pada acara itu KADISDIKPORA juga mengajak kepada semua pihak untuk bersungguh-sungguh membebaskan seluruh masyarakat Bali dari buta aksara lewat penguatan peran dan fungsi pendidikan keaksaraan. (sam).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar